Friday, 15 January 2010

HABIB BIN ZAID (Simbol Pengorbanan dan Cinta)

Assalamualaikum wbt.Disini saya ingin berkongsi cerita salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang diharap dapat menyentuh jiwa kita sebagai umat islam.Diharapnya cerita ini dapat menjadi sumber inspirasi untuk kita sama-sama bangkit dan berusaha meninggikan lagi martabat islam yang kita sanjung selama ini.

Jikalau kita meninjau kembali peristiwa Baiat Aqabah ke-2, 70 orang lelaki dan 2 orang perempuan dari Madinah telah berjanji setia kepada Rasulullah. Di antara 70 orang lelaki tersebut termasuklah Habib bin Zaid dan ayahnya (Zaid bin Ashim). Sedangkan 2 orang wanita itu adalah ibunya (Nusaibah binti Ka'b) dan makciknya.

Habib merupakan seorang mukmin yang sejati. Keimanan telah mendarah daging pada dirinya. Semenjak Nabi berhijrah ke Madinah, beliau tidak pernah tertinggal walaupun satu peperangan dan tidak pernah menolak tugas yang diberikan kepadanya.

DI suatu ketika, di selatan jazirah Arab muncul dua pembohong besar yang mengaku sebagai Nabi dan mengajak pada kesesatan. Seorang di Shan'a, iaiyu Aswad bin Ka'b aI-Ansi dan seorang lagi di Yamamah, iaitu Musailamah aI-Kadzdzab.

Kedua-duanya menghasut para pengikut mereka untuk memusuhi orang-orang yang beriman kepada Nabi Muhammad saw.Mereka juaga melayan utusan yang datang untuk berdakwah kepada mereka dengan buruk sekali. Tindakan mereka melecehkan kenabian dan menebar kesesatan di muka bumi amatlah menjelekkan.

Hinggalah pada suatu hari, Rasulullah didatangi seorang utusan Musailamah dengan membawa sepucuk surat yang berisi,

Kepada Muhammad utusan Allah,

Salam sejahtera untukmu,

Saya telah diangkat menjadi sekutumu dalam urusan kenabian. Karena itu, kami berhak memiliki separuh wilayah dan orang-orang Quraisy berhak memiliki separuh wilayah. Akan tetapi, orang-orang Quraisy melampaui batas.

Rasulullah memanggil salah seorang daripada sahabat yang boleh menulis, lalu menyuruhnya untuk menulis jawapannya,

Bismillahirrahmanirrahim,

Dari Muhammad Rasulullah saw,

Kepada Musailamah al-Kadzdzab (si pembohong)

Salam sejahtera bagi orang yang mahu mengikuti petunjuk. Sesungguhnya, bumi ini adalah milik Allah. Diwariskan kepada siapa yang dikehendaki dan kesudahan yang baik berada di pihak orang-orang yang bertakwa."

Kata-kata Rasulullah saw bagai cahaya pagi yang membuka aib si pembohang dari bani Hanifah itu. Ia telah keliru ketika menganggap kenabian seperti kerajaan, hingga menuntut separuh wilayah kekuasaan dan separuh jumlah penduduk. Jawapan Rasulullah saw itu dibawa oleh utusan Musailamah dan diberikan kepada Musailamah. Membaca surat itu, Musailamah tidak menjadi insaf, tetapi menjadi semakin berani.

Musailamah masih menyebarkan kebohongan dan kepalsuannya, gangguan dan hasutan terhadap orang-orang beriman semakin menjadi-jadi. Lalu, Rasulullah pun ingin mengirimkan surat peringatan untuk menasihati agar perbuatan itu dihentikan. Habib bin Zaid seterusnya dipilih sebagai penghantar surat itu kepada Musailamah. Habib sangat gembira menerima tugasan itu. Beliau berharap Musailamah sedar akan kesilapannya sehingga secara automatik beliau mendapat pahala besar karena turut terlibat dalam menyedarkan Musailamah.

Setelah beberapa hari perjalanan,Habib pun tiba di tempat tujuan. Beliau menyampaikan surat itu kepada Musailamah.
Musailamah membaca dengan cermat. Namun, cahaya hidayah yang terpancar dari surat tersebut tidak mampu memberi kebaikan kepadanya, sehingga dia semakin hanyut dalam kesesatan dan kepalsuannya.

Musailamah menyuruh pengikutnya menangkap serta mengurung Habib.Habib dipukul,dimaki dan dihina dengan kejam.Musailamah berhasrat dengan tindakannya itu dapat mengubah pendirian habib serta mengakui kesetiaannya pada Musailamah.

Musailamah sang pembohong itu mengumpulkan kaumnya pada hari yang telah ditentukan. Dia memanggil Habib bin Zaid yang dipenuhi dengan bekas siksaan. Menurut penilaian Musailamah, Habib sudah menyerah dan tidak akan menolak jika diminta untuk mengakui kenabiannya di depan orang ramai. Dengan demikian, seakan-akan itu adalah mukjizat yang diberikan kepadanya, dan kaumnya yang selama ini ditipunya akan semakin tertipu.

Musailamah bertanya kepada Habib, ''Apakah kamu bersaksi bahwa Muhammad itu utusan Allah?"

Habib menjawab, "Ya, aku bersaksi bahwa Muhammad itu utusan Allah."

Wajah Musailamah langsung pucat.

Musailamah kembali bertanya, "Apakah kamu juga bersaksi bahwa aku adalah utusan Allah?"

Dengan mencebik, Habib menjawab, "Aku tidak mendengar."

Wajah Musailamah semakin merah padam. Rancangan jahatnya sama sekali gagal. Siksaan yang begitu berat tidak mengubah pendirian Habib. Dalam usaha untuk mempertontonkan mukjizat palsunya di depan umum, dia mendapat tamparan keras yang membuatnya tercampak kelembah kehinaan.

Musailamah menjadi terlalu marah.Lalu dia memerintahkan pengikutnyanya untuk membunuh Habib. Tubuh Habib dicincang sepotong demi sepotong. Namun bibir Habib tidak pernah lepas dari ucapan, "La ilaha illallah, Muhammadur Rasulullah."Tanpa rasa malu, ia membunuh utusan penghantar surat, padahal membunuh utusan adalah tindakan tercela bagi bangsa Arab saat itu.

Seandainya waktu itu, Habib menyelamatkan dirinya dengan berpura-pura mengikuti keinginan Musailamah, dengan tetap beri’tikad keimanan dalam hatinya, itu sama sekali tidak mengurangkan kualiti keimanannya dan tidak menggugat keislamannya.

Akan tetapi, Habib adalah seorang lelaki yang turut serta dalam Bai’at Aqabah bersama ayah, ibu, saudara, dan makciknya. Sejak saat itu, ia sudah memikul tanggungjawab bai’at dan keimanan secara sempuma, tanpa memikirkan nasib diri dan nyawanya.Baginya, kesempatan ini adalah kesempatan terbaik untuk mencapai puncak tertinggi dari kehidupannya. la ingin merasakan nikmatnya ketegaran, kepahlawanan, pengorbanan, dan kesyahidan dalam mempertahankan kebenaran. Sebuah kemenangan yang lebih indah dari semua kemenangan duniawi.

Berita kesyahidan Habib akhirnya sampai kepada Rasulullah SAW. Baginda tabah dalam menghadapi takdir Allah. Baginda telah melihat nasib sang pembohong itu, bahkan melihat tempat kematiannya.

Adapun Nusaibah binti Ka'ab, ibunda Habib, ketika mendengar berita kematian anaknya, beliau menahan kemarahan serta bersumpah ingin menuntut bela. Beliau bertekad untuk menghunuskan sendiri tombak dan pedang ke tubuh Musailamah.

Langit menjadi saksi kekecewaan, kesabaran dan ketabahan wanita ini. Sejak saat itu, ia bertekad untuk berada di samping vvanita itu untuk melaksanakan sumpahnya.

Waktu pun bergerak dengan cepat dan terjadilah pertempuran Yamamah.

Khalifah Abu Bakar menyiapkan pasukan besar yang akan dikirim ke Yamamah. Nusaibah turut serta dalam pasukan itu, kemudian turut berjuang di medan perang. Kesungguhan beliau untuk memperjuangkan islam serta memerangi golongan nabi palsu sangatlah dikagumi.Beliau dengan beraninya memegang pedang di tangan kanannya dan tombak di tangan kirinya. Sedangkan bibirnya selalu meneriak dan menjerit memanggil, "Di mana musuh Allah, Musailamah?"

Tatkala Musailamah terbunuh dan pengikutnya berguguran bagai daun kering berjatuhan dari pepohon, bendera Islam makin berkibar tinggi. Nusaibah yang badannya penuh luka tetap berdiri tegak dengan pedang dan tombak yang berlumuran darah musuh-musuh Allah . Beliau terbayangkan wajah anaknya tercinta,Habib. Nusaibah seakan-akan melihat anaknya memenuhi semua ruang dan waktu. Setiap kali beliau memandang pada bendera kemenangan yang berkibar, beliau melihat wajah anaknya ikut berkibar dan tersenyum penuh kemenangan.

Nobody trips over mountains. It is the small pebble that causes you to stumble. Pass all the pebbles in your path and you will find you have crossed the mountain.
-anonymous-

0 comments:

mp3 pLayeR

HYE!!!!